Rabu, 08 Oktober 2014

Pengertian Birokrasi

A.    PENGERTIAN BIROKRASI

Birokrasi berasal dari kata bureau yang bearti meja atau kantor, dan kata kratia yang berarti pemerintah. Kantor disini bukan menunjukan sebuah tempat melainkan pada sebuah system kerja yang berada dalam kantor tersebut.
Dalam kamus bahasa jerman arti kata birokrasi adalah kekuasaan dari berbagai departemen pemerintahan dalam menentukan kebijakan system administrasi sipil dalam kewarganegaraan. Dalam kamus besar bahasa Italia adalah kekuasaan pejabat dalam administrasi pemerintah.
      Blau dan Meyer bapak ahli sosiologi mendefinisikan birokrasi adalah satu system control dalam sebuah organisasi yang dirancang berdasarkan aturan-aturan rasional dan sistematis yang bertujuan untuk mengkoordinasi dan mengarahkan aktivitas-aktivitas kerja individu dalam rangka menyelesaikan tugas administrasi
Birokrasi pemerintah merupakan system pemerintah yang dilaksanakan oleh petugas pemerintah karena telah berlandaskan hierarki dan jenjang jabatan. Birokrasi juga dapat diartikan sebagai susunan cara kerja yang sangat lambat, dan menurut pada tata aturan yang banyak likunya.

            Adapun fungsi dan peran birokrasi pemerintah yakni:
1.      Melaksanakan pelayanan public
2.      Pelaksana pembangunan yang professional
3.      Perencana, pelaksanaan, dan pengawas kebijakan (manajemen pemerintah)
4.      Alat pemerintah untuk melayani kepentingan (abdi) masyarakat dan negara yang netral dan bukan bukan merupakan bagian dari kekuatan atau mesin politik (netral)

Adapun tujuan birokrasi yakni:
1.      Sejalan dengan tujuan pemerintahan
2.      Melaksanakan kegiatan dan program demi tercapainya visi dan misi pemerintah dan Negara
3.      Melayani masyarakat dan melaksanakan pembangunan dengan netral dan professional
4.      Menjalankan manajemen pemerintahan, mulai dari perencanaan, pengawasan, evaluasi, koordinasi, sinkronisasi dll.

Birokrasi Weberian selama ini diartikan sebagai fungsi suatu biro. Suatu biro biro merupakan jawaban yang rasional terhadap serangkaian tujuan yang telah di tetapkan. Birokrasi merupakan sarana untuk merealisasikan tujuan-tujuan tersebut. Seorang pejabat birokrasi tidak seyogyanya menetapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai tersebut. Penetapan tujuan merupakan fungsi politik dan menjadi wewenang dari pejabat politik yang menjadi masternya. Model birokrasi weberian yang selama ini dipahami merupakan sebuah mesin yang disiapkan untuk menjalankan dan mewujudkan tujuan-tujuan tersebut.
Dengan demikian setiap pekerja atau pejabat dalam birokrasi pemerintah merupakan pemicu dan penggerak dari sebuah mesin yang tidak mempunyai kepentingan pribadi. Dalam kaitan ini maka setiap pejabat pemerintah tidak mempunyai tanggung jawab publik kecuali pada bidang tugas dan tanggung jawab sebagai mesin itu dijalankan sesuai dengan proses dan prosedur yang telah di tetapkan, maka akuntabilitas pejabat birokrasi pemerintah telah diwujudkan.
Pemikiran seperti ini menjadikan birokrasi pemerintah bertindak sebagai kekuatan yang netral dari pengaruh kepentingan klas atau kelompok tertentu. Negara bisa mewujudkan tujuan-tujuannya melalui mesin birokrasi yang dijalankan oleh pejabat-pejabat pemerintah. Aspek netralitas dari fungsi birokrasi pemerintah dalam pemikiran weber dikenal sebagai konsep konservatif dari para pemikir di zamannya. Weber hanya ingin lebih meletakkan birokrasi itu sebagai sebuah mesin dari pada dilihat sebagai suatu organisme yang mempunyai kontribusi terhadap kebulatan organik sebuah negara.
Ciri birokrasi modern yang digagas oleh Max Weber tentang rasionalisme birokrasi sulit untuk diwujudkan karena birokrasi telah berubah menjadi alat untuk legitimasi birokrat dan penguasa. Pada gilirannya birokrasi pemerintah diartikan sebagai officialdom atau kerajaan pejabat, yang rajanya adalah pejabat. Dalam perkembangan organisasi klasik, model Max Weber dengan teori birokrasinya telah mampu bertahan dan mendominasi sampai zaman kontemporer. Sampai saat ini, teori Max Weber masih sangat berpengaruh hampir disemua organisasi, terutama dalam organisasi birokrasi dan bisnis.
Pada organisasi birokrasi dan bisnis, birokrat selalu melekat dalam struktur organisasi yang merupakan ukuran pada setiap organisasi. Weber memberikan beberapa ciri birokrasi, yaitu:
1.      Hirarki otoritas
2.      Impersonal
3.      peraturan tertulis
4.      promosi berdasarkan prestasi
5.       pembagian kerja, dan
6.      efisiensi
Dalam masyarakat pra-modern dan modern telah terjadi hirarki komando yang semua orang harus mematuhi. Agar sistem ini untuk beroperasi harus ada seseorang yang bertanggung jawab atau dikenal sebagai otoritas. Menurut Weber otoritas adalah kekuasaan diterima sebagai sah oleh mereka yang mengalami hal itu.
a.       Otoritas Rasional Hukum
Otoritas Rasional-hukum adalah keyakinan dalam legalitas pola aturan standar dan hak mereka yang ditinggikan kepada otoritas di bawah aturan tersebut untuk mengeluarkan perintah. Otoritas dipegang oleh perintah impersonal ditetapkan secara hukum dan meluas ke orang hanya berdasarkan kantor mereka pegang. Kekuatan pejabat pemerintah ditentukan oleh kantor-kantor yang mereka diangkat atau dipilih karena kualifikasi masing-masing. Selama individu memegang kantor ini mereka memiliki sejumlah kekuasaan tetapi setelah mereka meninggalkan kantor rasional-hukum otoritas mereka hilang
Ada berbagai cara yang rasional-hukum otoritas bisa berkembang. Sistem hukum dan peraturan berkembang di banyak masyarakat dan ada prinsip-prinsip yang berbeda legalitas yang bisa terjadi. Dengan pengembangan sistem rasional-hukum ada kemungkinan untuk menjadi sistem politik yang menjadi dirasionalisasikan dengan cara yang sama. Terkait dengan sistem politik adalah konstitusi dokumen tertulis dan kantor mapan regularized mode representasi pemilu reguler dan prosedur politik. Ini dikembangkan di oposisi terhadap sistem sebelumnya seperti monarki atau bentuk tradisional lainnya di mana ada dikembangkan dengan baik seperangkat aturan.
b.      Otoritas Tradisional
Otoritas tradisional adalah otoritas di mana legitimasi sosok otoritas didasarkan sekitar kustom. Legitimasi dan kekuatan untuk kontrol diturunkan dari masa lalu dan kekuatan ini dapat dilaksanakan dengan cara yang cukup diktator. Ini adalah jenis otoritas di mana hak-hak tradisional individu yang kuat dan dominan atau kelompok yang diterima atau setidaknya tidak ditantang oleh individu bawahan. Ini bisa menjadi religius suci atau spiritual bentuk mapan dan perlahan-lahan mengubah budaya atau suku keluarga atau struktur clan jenis.
Individu yang dominan bisa menjadi imam pemimpin klan kepala keluarga atau beberapa tokoh lainnya patriarki atau elit dominan mungkin mengatur. Dalam banyak kasus otoritas tradisional didukung oleh mitos atau koneksi ke artefak suci sosial seperti salib atau bendera dan oleh struktur dan lembaga yang melestarikan otoritas ini. Secara historis otoritas tradisional telah menjadi bentuk yang paling umum di kalangan pemerintah. Contoh dari hal ini adalah raja dan ratu dalam sistem monarki Inggris yang harus milik keluarga tertentu untuk mendapatkan posisi mereka.
Otoritas tradisional sering didominasi pra-modern masyarakat. Hal ini didasarkan pada keyakinan dalam kesucian tradisi dari kemarin kekal. Karena pergeseran dalam motivasi manusia seringkali sulit bagi individu modern untuk memahami palka yang memiliki tradisi dalam masyarakat pra-modern.
Menurut Weber otoritas tradisional merupakan sarana yang ketimpangan diciptakan dan dipelihara. Jika tidak ada yang menantang otoritas pemimpin tradisional atau kelompok pemimpin akan tetap dominan. Juga baginya blok otoritas tradisional pengembangan rasional-hukum bentuk otoritas sudut pandang dia sangat parsial untuk.

c.       Otoritas Karismatik
Otoritas Karismatik adalah antitesis dari kegiatan rutin dan merupakan keinginan untuk gangguan dan perubahan tatanan sosial yang berlaku. Ini adalah bagian penting dari dialektika antara kebutuhan manusia untuk struktur dan kebutuhan sama-sama manusia untuk variasi dan inovasi dalam masyarakat. Otoritas karismatik berbeda dari otoritas rasional atau tradisional karena tidak berkembang dari perintah ditetapkan atau tradisi melainkan dari kepercayaan khusus pemimpin karismatik dalam menginduksi pengikutnya kekuatan aneh yang menunjukkan dan kualitas yang unik yang dimilikinya. Menurut Weber sulit bagi para pemimpin karismatik untuk mempertahankan otoritas mereka karena pengikut harus terus melegitimasi otoritas ini. Ada kebutuhan untuk pemimpin karismatik untuk terus menunjukkan kinerja kepemimpinan kepada para pengikutnya untuk memperkuat legitimasi kekuasaannya.

B.     MODEL - MODEL BIROKRASI


a.       Model Birokrasi Klasik
Tokoh: Taylor, Wilson, Weber,Gullick Urwick
Birokrasi adalah suatu usaha dalam mengorganisir berbagai pekerjaan agar terselenggara dengan teratur. Pekerjaan ini bukan hanya melibatkan banyak personil (birokrat), tetapi juga terdiri dari berbagai peraturan dalam penyelenggaraan tugas pemerintahan. Birokrasi diperlukan agar penyelenggaraan tugas pemerintahan tersebut terlaksana secara efisien, efektif dan ekonomis.
Dalam memahami lebih jelas pengertian birokrasi ini, maka dikemukakan ciri-ciri idealnya dari Max Weber (Frederickson, 1984) yang dikenal sebagai salah satu tokoh dalam aliran birokrasi klasik (atau aliran tradisional). Ciri-ciri ini antara lain; suatu birokrasi terdiri dari berbagai kegiatan, pelaksanaan kegiatannya didasarkan pada peraturan yang konsisten, jabatan dalam organisasi tersusun dalam bentuk hierarki, pelaksanaan tugas dengan impersonality, sistem rekruitmen birokrat berdasar pada sistem kecakapan (karier) dan menganut sistem spesialisasi, dan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan secara terpusat (sentralisasi).
Meskipun birokrasi klasik ini banyak dikritik, namun sampai sekarang, tetap ada beberapa karakteristik dari model ini yang bertahan dalam birokrasi pemerintahan. Kelemahan-kelemahannya antara lain, seperti terlalu kakunya peraturan yang menyertai model ini, menyebabkan banyak ahli yang melakukan penelitian untuk penyempurnaannya.

b.      Model Neo Birokrasi
Tokoh : Simon, Cyert, March, Gore
Model pendekatan neo-birokrasi merupakan salah satu model dalam erabehavioral. Nilai yang dimaksimumkan adalah efisiensi, ekonomi, dan tingkat rasionalisme yang tinggi dari penyelenggaraan pemerintahan. Unit analisisnya lebih banyak tertuju pada fungsi “pengambilan keputusan” (decision making) dalam organisasi pemerintahan. Dalam proses pengambilan keputusan ini, pola pemikirannya bersifat “rasional”; yakni keputusan-keputusan yang dibuat sedapat mungkin rasional untuk dapat mencapai tujuan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan; model pengambilan keputusan didasarkan pada prinsip manajemen modern; pendekatan dalam mengambil keputusan didasarkan pada analisis sistem; dan di dalam praktiknya banyak menggunakan penelitian operasi (operation research).
Kelebihan model ini, telah banyak dibuktikan melalui “unit analisisnya” yang lebih didasarkan pada teknik-teknik ilmu manajemen yang telah mapan sebagai kelengkapan pemecahan masalah dalam banyak organisasi besar, termasuk organisasi militer dan pemerintahan. Teknik manajemen ilmiah telah banyak digunakan dalam kegiatan penganggaran, penjadwalan proyek, manajemen persediaan, program perencanaan karyawan, serta pengembangan produk untuk mencapai produktivitas yang tinggi. Dibalik kelebihannya, juga memiliki berbagai kelemahan, antara lain tidak semua persoalan dalam pemerintahan dapat dikuantitatifkan dalam menerapkan prinsip manajemen ilmiah seperti yang diharapkan dalam penerapan model ini.
c.       Model Kelembagaan
Tokoh : Lindbloom, J. Thompson, Mosher, Blau, Riggs
Model kelembagaan merupakan penjelmaan dari era behavioralisme. Ciri-cirinya, antara lain bersifat empiris. Di samping memperhatikan aspek internal, juga pada aspek ekstemal, seperti aspek budaya turut menjadi perhatian utama dalam kajian organisasi pemerintahan (sistem terbuka).
Para penganut model ini lebih tertarik mempelajari organisasi pemerintahan apa adanya (netral), dibanding mengajukan resep perbaikan (intervensi) yang harus dilakukan dalam peningkatan kinerja organisasi pemerintahan. Namun demikian, hasil karya dari tokoh penganut aliran sangat berjasa dalam pengembangan teori organisasi, karena hasil-hasil karya yang ada sebelumnya cenderung menganalisis organisasi dengan “sistem tertutup” tanpa memperhitungkan aspek eksternal organisasi, yang secara realita sangat menentukan terhadap kinerja organisasi pemerintahan.
d.      Model Hubungan Kemanusiaan
Tokoh : Mcgregor, Argyris
Model hubungan kemanusiaan mengkritik model-model birokrasi. pemerintahan yang ada sebelumnya, yakni model birokrasi klasik dan model neo-birokrasi yang terlalu memformalkan seluruh kegiatan dalam organisasi pemerintahan. Model hubungan kemanusiaan melihat secara empiris, bahwa ternyata aturan yang terlalu kaku, dapat menimbulkan kebosanan orang (birokrat) bekerja dalam organisasi.
Ciri-ciri model ini, antara lain melihat perlunya diperhatikan; hubungan antarpribadi, dinamika kelompok, komunikasi, sanksi yang tidak perlu merata, pelatihan, motivasi kerja dalam penyelenggaraan birokrasi pemerintahan. Sejalan dengan ciri-ciri tersebut, maka nilai yang dimaksimalkan adalah kepuasan kerja, perkembangan pribadi, harga diri individu dalam organisasi pemerintahan. Model ini tetap menganjurkan perlunya pengawasan, namun tidak perlu dilakukan secara ketat dan merata kepada semua anggota organisasi. Hanya mereka yang memerlukan pengawasan adalah yang perlu diberikan. Hal yang paling penting dilakukan adalah memperbaiki sistem organisasi agar tercipta suasana kerja yang memungkinkan anggota organisasi dapat berhubungan secara baik dengan rekan kerjanya agar tercipta suasana yang dapat meningkatkan inovasi aparatur pemerintahan.
e.       Model Hubungan Publik 
Tokoh : Ostrom, Buchanan, Olson, Oppenheimer
Model birokrasi pilihan publik merupakan pendekatan yang paling mutakhir dalam penyelenggaraan pemerintahan. Pendekatan ini masih banyak bersifat teoretis dibanding bukti empiris di lapangan. Resep-resep yang ada dalam penyelenggaraan pemerintahan kebanyakan bersifat ideal, namun bukti penerapannya, masih tergolong langka. Hal ini antara lain disebabkan karena pendekatan ini memang relatif masih muda usianya.
Ciri-cirinya, antara lain; lebih bersifat anti birokratis, berdasar pada distribusi pelayanan, desentralisasi, dan tawar-menawar yang berorientasi kepada klien. Ada berbagai prasyarat yang seharusnya terpenuhi dalam penerapan model ini, antara lain: (1) sistem politik harus dapat menjamin partisipasi dalam mengemukakan pendapat secara objektif dan bertanggung jawab; (2) sistem administrasi pemerintahan yang selalu dinamis, mampu menyesuaikan diri dengan fungsi yang terus berubah; (3) birokrat harus mampu mengoreksi diri sendiri, dan; (4) perlu ada langkah kongkrit yang dapat dilakukan dalam mengefektifkan pemberdayaan masyarakat, antara lain adalah meningkatkan kesadaran kritis dalam hal politik pada berbagai lapisan masyarakat. Langkah ini terlaksana apabila terjadi komunikasi yang “dialogis” antara perumus kebijaksanaan dan masyarakat pengguna pelayanan.




Minggu, 31 Agustus 2014

Macam-macam Permainan

sedikit berbagi info, dalam melaksanakan kegiatan berkelompok mungkin gak ada salahnya kalau mengadakan games atau permainan-permainan yang berorientasi pada kekompakan kelompok. istilah kasarnya mah nguji kekompakan antar individu dalam satu kelompok. nih gua kasih beberapa macam permainan seru.

1.      Catch Me If You Can
Alat             : -
Permainan   : permainan ini tidak menggunakan alat apapun, namun membutuhkan tempat yang agak tinggi (kurang lebih 0.5-1 meter). Teknis permainan ini sangat sederhana, satu anggota kelompok berdiri di tempat agak tinggi membelakangi teman sekelompok lainnya, dan anggota kelompok lainnya(minimal 6orang) berpegangan tangan sehingga membentuk jaring. Anggota kelompok yang berada di tempat tinggi harus menjatuhkan badan dan kemudian di tangkap anggota kelompok yang lainnya. Walaupun nampaknya permainan ini sangat sederhana, namun bagi pemain yang akan menjatuhkan diri permainan ini membutuhkan kepercayaan terhadap anggota kelompok lainnya yang berindak sebagai jaring, bila posisi jatuh tidak pas/tidak merebah sepenuhnya maka anggota lain yang bertindak sebagai jaring akan kesulitan dalam menangkap.
Manfaat       : melatih kepercayaan terhadap orang lain dan melatih tanggung jawab sebagai orang yang diberi kepercayaan.

2.      Hug Me or Drowning?!
Alat             : koran(untuk setiap kelompok)
Permainan   : permainan ini mengharuskan satu kelompok berdiri pada selembar koran sebagai alasnya. Tidak boleh ada kaki dari anggota kelompok yang keluar dari koran tsb. Bila berhasil, koran dilipat lebih kecil untuk menambah tingkat kesulitannya. Penambahan tingkat kesulitan ini bisa dilakukan berkali-kali sampai dirasa cukup.
Manfaat       : melatih kepemimpinan, kerjasama tim, dan mengatur strategi.


3.      Langit dan Bumi
Alat             : -
Permainan   : walaupun permainan ini tidak mambutuhkan alat apapun namun permainan ini membutuhkan satu orang sebagai instruktur permainan. Dalam permainan ini instruktur akan memberikan perintah …Langit …Bumi, jumlah langit yang dikatakan instruktur adalah jumlah tangan dari anggota kelompok yang harus mengacung ke atas dan jumlah bumi yang dikatakan instruktur adalah jumlah kaki/jumlah anggota badan yang harus menginjak tanah. Kelompok diberi tenggang waktu tertentnu untuk membentuk formasi langit dan bumi seperti yang dikatakan instruktur. Misal: instruktur berkata: “4 langit, 5 bumi!”, berarti dalam satu kelompok harus ada 4 tangan yang mengacung ke atas dan 5 kaki/anggota tubuh yang menyentuh tanah dalam waktu yang sudah ditentukan oleh instruktur.
Manfaat       : melatih kekompakan tim, kepemimpinan, dan kepekaan.

4.      Tali Penolong
Alat             : 1 tali untuk setiap 2 anggota kelompok, gelas kecil/spidol(untuk setiap kelompok), wadah air(bila menggunakan gelas), kertas(bila menggunakan spidol)
Permainan   : setiap anggota kelompok harus memegang satu ujung tali(jadi jumlah tali untuk satu kelompok adalah setengah dari jumlah anggota), setiap anggota kelompok secara bersamaan harus bisa memindahkan air dalam gelas ke dalam wadah air kosong dengan menggunakan tali tersebut(tali tidak boleh diikatkan/dililitkan pada wadah air). Apabila menggunakan spidol, maka kelompok harus mengangkat spidol dengan cara yang sama seperti mengangkat air dan harus menulis satu huruf pada kertas.
Manfaat       : melatih kerjasama tim dan kepemimpinan

5.      Ular Naga
Alat                : tali, daun/kertas(untuk setiap kelompok)
Permainan   : setiap anggota kelompok berbaris sambil berpegangan pinggul/pundak(tidak boleh terlepas) sehingga tampak seperti sedang ular naga, pemain paling belakang diikatkan dengan kertas pada bagian belakang pinggulnya. Kelompok lawan harus berusaha merebut kertas tersebut dan melindungi ekornya. Bila ada anggota yang melepaskan diri maka anggota tersebut dianggap telah mati, sama halnya bila kertas pada ekor terrebut oleh kelompok lawan, maka pemain yang berada pada bagian ekor dianggap telah mati. Permainan berlanjut sampai pemain pada salah satu tim habis.
Manfaat       : melatih kerjasama dan kepemimpinan

6.      Pindah cincin
Alat             : tali kurang lebih 1meter, ditali ujungnya, dibuat seperti cincin/hula hup
Permainan   : setiap anggota kelompok bergandengan tangan, lalu cincin harus berpindah tempat dari satu ujung barisan ke ujung lainnya melalui semua anggota kelompok. Gandengan tidak boleh terlepas.
Manfaat       : melatih kerjasama tim.

7.      Menyusun Batang Koreng Api
Baha: batang korek api minimal 30 batang, botol bekas
Waktu: 15 menit
Instruksi: Buatlah kelompok kecil (7-10 orang), kemudian tiap kelompok berbaris ke belakang (buat 1 banjar). Dihadapan barisan masing-masing kelompok sediakan batang korek api dan botolnya. Secara berurutan mulai dari orang paling depan mengambil satu batang korek api simpan di atas mulut botol, kemudian orang kedua mengil satu batang koreng api simpan juga diatas tutup botol, begitu terus sampai batang korek api habis/atau waktu habis.
Kalau berhasil maka akan tersusun batang korek api denga rapi di atas mulut botol.
Tujuan:
·         kekompakan kelompok
·         menyelesaikan ide/kreativitas dalam menyusun batang korek api
·         harmonisasi dalam melakukan penyusunan batang korek api
·         melatih kecepatan dan ketepatan berpikir.

8.      Membuat Sebuah Bangunan dari Sedotan
Bahan : sedotan sebanyak 50 buah
Waktu : 30 menit
Instruksi: Buatlah bangunan apa saja, bisa rumah, gedung, rumah ibadah, dan lain lain dengan menggunakan sedotan ini. Bangunan yang kalian buat harus kokoh dan tidak gampang roboh ketika ditiup angin. Bagunan tersebut kokoh atau tidak akan dibuktikan dengan apakah bangunan tersebut roboh atau tidak ketika ditiup oleh fasilitator.
Tujuan dari Games ini:
·         kerelaan untuk menerima dan mendengarkan pendapat dari teman sekelompok
·         melatih kepekaan imaginer (kecerdasan spatial) dapat berimajinasi bangunan apa yang bisa dibuat dari sedotan
·         melatih kecepatan berfikir
·         melatih mengambil keputusan dengan cepat dan tepat
·         mau menerima kegagalan untuk dijadikan pelajaran untuk yang akan datang
Review:
1. apakah maksud dari permainan ini?
2. sudahkah setiap anggota kelompok menyumbangkan pemikirannya?
3. bagaimana cara berfikir dengan cepat, dan tepat?
4. bagaimana menahan emosi ketika sedang membuat bangunan?
5. ketika gagal apakah yang anda lakukan??
  1. Lingkaran Berbelit
Tujuan
Menyadarkan peserta tentang pentingnya rasa 1 tim untuk memudahkan proses belajar dan bekerja dalam kelompok.
Langkah-langkah:
·         Peserta berdiri dalam lingkaran, lalu menjulurkan kedua tangannya ke depan. Kemudian memegang tangan 2 peserta lainnya (missal : tangan kiri memegang tangan si A, tangan kanan memegang tangan si B) sampai membentuk suatu belitan besar.
·         Semua kerjasama untuk coba membentuk kembali lingkaran sempurna tanpa melepaskan tangan yang dipegang dan tanpa berbicara.

  1. Menggambar bersama
    Latar Belakang
    Sebuah kelompok baru dapat berfungsi sebagaimana mestinya apabila terjadi komunikasi antar orang-orang yang terlibat di dalamnya.
Tujuan
Peserta menyadari arti pentingnya komunikasi dalam suatu kelompok.
Langkah-langkah:
·         Peserta dibagi dalam kelompok kecil (5 orang) dan setiap anggota kelompok memiliki nomor urut sendiri-sendiri dari nomor 1 sampai 5.
·         Tiap kelompok mendapat selembar kertas plano dan sebuah spidol untuk menggambar.
·         Secara berurutan setiap menit, setiap orang dalam kelompok masing-masing diminta menggambar pada kertas plano yang ada, dengan syarat : tidak boleh bertanya atau bicara satu sama lain, setiap orang menggambar apa yang dimaui dan dipikirkan sendiri, kemudian dilanjutkan oleh yang lain pada kertas yang sama menurut apa yang dimaui dan dipikirkan sendiri pula, dan seterusnya sampai seluruh anggota kelompok memperoleh bagian waktunya masing-masing untuk menggambar.
Bahan Diskusi :
a. Berapa kelompok yang mampu menghasilkan gambar yang utuh dan jelas?
b. Apa kesan dan perasaan setiap orang terhadap hasil gambar kelompoknya?
c. Bagaimana seharusnya proses yang ditempuh agar hasil kerja bersama itu memuaskan semua orang dalam kelompok yang bersangkutan ?
  1. Menggambar Wajah Pasangan
    Tujuan:
·         Membantu peserta untuk memandang langsung ke dalam mata pasangannya, saling mengenal cirri-ciri wajahnya, dengan harapan hal ini bisa membantu peserta untuk saling terbuka dan tidak lagi kikuk dengan yang lainnya.
·         Melatih peserta satu cara sederhana tentang menggambar dan menghilangkan perasaan peserta bahwa mereka tidak mampu menggambar.
Langkah-langkah:
·         Dengan sehelai kertas setiap pasangan saling berhadapan dan mulai menggambar wajah pasangannya. Bisa mulai dari mana saja tetapi tidak boleh melihat kertas sama sekali.
·         Gerakkan tangan mengikuti arah gerak pandangannya yang menelusuri garis wajah pasangannya.
·         Setelah selesai menggambar, masing-masing pasangan bergantian mewawancarai pasangannya, mengenai nama, tempat tinggal, pekerjaan, umur, keluarga dan sebagainya. Waktunya cukup 5 menit saja untuk setiap peserta.
·         Kemudian setiap pasangan tampil di depan kelompok memperkenalkan pasangannya dengan cara menunjukkan gambar pasangannya sambil menyebutkan :”Nama saya…(nama pasangannya), tempat tinggal….dan seterusnya.
  1. Mutiara Dalam Guci
    Tujuan
    Merangsang kreativitas dan keberanian peserta untuk berpendapat.
    Langkah-langkah:
·         Gambarlah sebuah guci dengan berisi berbagai benda di dalamnya, di papan tulis (atau di tempat yang bisa dilihat oleh sluruh peserta).
·         Katakan kepada peserta bahwa itu adalah gambar sebuah guci yang berisi penuh dengan bermacam kerilik, pecahan beling, dan batu-batu yang tidak berguna. Di bagian dasar ada mutiara yang sangat mahal harganya.
·         Tanyakan kepada peserta, bagaimana caranya mengeluarkan mutiara itu dalam waktu yang singkat dan gampang.
·         Diskusikan apa hikmah yang bisa dipetik dari permainan ini.

  1. Pecah Balon
    Latar Belakang
    Bila peserta terlalu banyak menguras pikiran atau berdebat tanpa penyelesaian yang memuaskan pada kegiatan sebelumya, hal ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi mereka untuk mengikuti kegiatan berikutnya.
    Tujuan
    Memberikan kesegaran kepada peserta dengan melampiaskan emosinya.
    Langkah-langkah:
·         Bagikan kepada setiap peserta sebuah balon dan seutas tali raffia (kira-kira sepanjang 2 jengkal).
·         Mintalah mereka meniup balon masing-masing.
·         Mintalah mereka mengikatkan balon tersebut di kaki kirinya.
·         Mintalah seluruh peserta berdiri di tengah ruang belajar.
·         Jelaskan kepada peserta bahwa tujuan kegiatan ini adalah memecahkan balon orang lain sebanyak mungkin dengan cara menginjak balon-balon tersebut.
·         Beri aba-aba untuk mulai.
·         Bahas bersama peserta apa saja yang mereka rasakan, lihat dan dengar selama kegiatan tadi. Kenapa begitu ? Apa kesimpulan yang dapat ditarik?
·         Sekarang topic yang direncanakan sudah bisa dimulai.
Bahan-bahan:
Balon dan tali raffia sebanyak jumlah peserta.
  1. Rantai Nama
    Tujuan
    Permainan ini dimaksudkan bagi kelompok yang belum saling kenal nama masing-masing, agar lebih akrab, serta memberi pengalaman tampil di depan forum.
Langkah-langkah:
·         Peserta besama pemandu berdiri di dalam lingkaran
·         Pemandu menjelaskan aturan permainan sebagai berikut :
Salah seorang menyebutkan namanya dengan suara keras agar terdengar oleh setiap peserta, kemudian peserta yang berdiri di sebelahnya (kiri atau kanan) menyebutkan nama peserta pertama tadi ditambah dengan namanya sendiri. Peserta ketiga menyebutkan nama peserta pertama dan kedua ditambah dengan namanya sendiri, begitu seterusnya sampai selesai.
·         Proses ini diulangi lagi dengan arah berlawanan, dimulai dari peserta yang terakhir menyebutkan rantai nama tersebut.

terimakasi sob udah liat or baca-baca artikel dalam blog ini, semoga bermanfaat buat kalian. salam sejahtera dari gua,........
tolong kasih masuakn biar blog gua lebih baik lagi ya,.......
atur nuhun, wilujeung,.....